Minggu, 28 Mei 2017

Menuju Ibu Kota

Pinterest
Jika mendengar Ibu kota Indonesia, duh rasanya semrawut, macet dimana-mana dan tingkat kriminalitas tinggi. Gue sebelum pindah ke Ibu kota juga udah ketar-ketir apakah bisa survive hidup disana. Live cost yang mahal dan time is money mungkin benar-benar motto hidup para perantau yang ada disini. Melihat KRL, busway dan jalanan yang penuh sesak. Nah sekarang mau ditambah gue yang akan makin memenuhi Jakarta, hahaha.

Bagian tersulit tinggal di Jakarta adalah mindset mahasiswa Jogja yang sangat melekat di gue. Maklum sudah 5 tahun gue di Jogja, apa-apa murah, sudah hafal jalan-jalan tikusnya, hampir khatam sudah rute Jogja kecuali sekitar alun-alunnya, hehehe. Kebiasaan pakai kendaraan sendiri di Jogja beralih jadi the jakartans yang memanfaatkan fasilitas umum atau ojek taksi online. Membayangkannya saja gue sudah capek duluan. Karna orang bilang, lu bakalan tua di jalan kalo di Jakarta. saking macet dan padatnya jalanan.

Gue diterima jadi peserta Bootcamp di PT. Xsis Mitra Utama, kantornya daerah Jakarta Selatan. Mana taulah ya gue itu Jakarta Selatan bagian mana. Hal yang terus - terusan gue ulangi sebelum menuju ke Ibu kota adalah melihat google maps. seberapa jauh ke stasiun, seberapa jauh ke halte busway dan dimana aja kos-kos karyawan yang harganya cukup ramah di dompet karyawan baru macem gue ini. Gue rencanakan segala rutenya, bawa apa aja, kapan cari kos-kosan. Suatu hal yang terlihat sepele tapi ini cukup penting adalah mengisi e-money dan go-pay. Sungguh, itu adalah investasi banget saat bawa-bawa duit cash agak insecure. Karna naik busway atau krl cuma bisa pake e-money.

Perkara pindahan barang-barang itu urusan belakang setelah gue dapat kos. Pindah kota nih bukan hanya secara fisik memang. Secara mental juga harus segera cepat adaptasi lagi, teman baru lagi, lingkungan baru lagi dan tentunya tantangan baru lagi. Gue yang overthinking ini, sudah gelisah banget nanti gimana di Jakarta. Kalo kenapa-kenapa, kalo ini, kalo itu. Takut ini, takut itu. Padahal mah gak tau juga setelah dijalani biasanya gak sesusah dan serumit yang dibayangkan.

Setelah 2 minggu gue menjadi the jakartans, rasanya gak serusuh dan seburuk yang gue bayangkan sebelum tiba di Jakarta. Memang belum dapet ritme kehidupannya sih, tapi setidaknya gue 2 minggu di Jakarta dan baik-baik saja. Sepertinya dimana pun sih ya, jika kita mencoba untuk menjadi baik dan berbuat baik, maka sekitarnya juga akan baik-baik saja. Itulah yang selalu gue coba saat di lingkungan yang baru.

Next posting, gue akan ceritain tentang kantor gue. masih calon sih kalo sekarang. See ya!
Share: