Sabtu, 19 Agustus 2017

Menikah, bukan sebuah tren tapi ....

Nah dari judul, sudah cukup menggambarkan apa yang akan gue bahas pada postingan kali ini. Ini cukup menjadi bahasan pada peringkat paling atas bagi perempuan-perempuan pada usia 20an keatas. Termasuk gue dan lingkungan gue sekarang. Karena keterbatasan ilmu, gue gak akan membahas tentang menikah dari sisi hukum dan syaratnya ya. Ada buku-buku dan sumber lainnya yang lebih akurat untuk dijadikan acuan. Gue hanya sekedar ingin bercerita pengalaman gue di usia-usia yang gampang banget bahas tentang pernikahan.

Sering banget kan, lagi reuni atau kumpul sama temen masa kuliah dulu akan selalu berujung dengan pembicaraan menikah. Bahkan gue pernah ngelantur sampai udah bahas urusan anak 😂😂. Terlalu jauh, kadang suka gak sadar kalau udah melewati batas kesadaran ya kan. Entah apa yang membuat menikah begitu menjadi pembicaraan utama yang selalu dibahas saat ini. Entah karena muda-mudi saat ini yang mudah terbawa perasaan. Padahal menikah banyak banget yang kudu dipersiapkan, secara finansial bukan cuma buat resepsi haha-hihi doang dong ya. Ada kehidupan selanjutnya yang harus didukung secara materi juga. Bekal ilmunya pun sebagai suami istri, yang jelas beda jalan pikirannya. Venus dan Mars. Beserta deretan tugas-tugas baru lainnya.

Oke, gue setuju bahwa setelah menikah rejeki akan lebih dilancarkan, beban pun terasa ringan karena ada teman untuk berbagi. Tapi berapa banyak sih muda-mudi yang berpikiran sampai sejauh itu? Apa bener mereka sudah mikir sejauh itu untuk persiapan menikahnya? Atau jangan-jangan mereka kebelet nikah karena bisa pacaran secara halal aja sisanya urus belakangan? Hahaha bisa jadi dong ada yang mikir sampai situ aja. Menurut gue, salah satu yang membuat menikah menjadi begitu diperbincangkan adalah media sosial. Secara sadar gak sadar, saat temen SMA tiba-tiba upload undangan nikah, jadi merasa duh gue kapan ya. Pengalaman pribadi? iya emang, hahaha.

Pada usia sekita 22-24 tahun gitu, adalah masa-masanya temen-temen nyebar undangan. Upload foto pre-wedding atau bahkan udah ada yang upload foto anak pertamanya. Namanya juga berbagi kebahagiaan kan, ikut seneng dong liatnya. Tinggal kitanya aja yang menata hati, kenapa harus merasa sedih atau merasa jodohnya ga dateng-dateng. Kenapa harus bertanya dia duluan guenya kapan.

Nah, tapi juga ada yang selalu usil nanya temennya kapan nikah atau selalu mepet-mepet situ mulu bahasannya. Gue yang sudah eneg dengan pertanyaan sejenis itu, sampe udah peduli amat ga bisa marah lagi. Padahal kita gak tau ya, orang yang kita tanya begitu itu sedang berjuang untuk apa hingga belum memutuskan untuk menikah. Mungkin dia masih punya adik-adik yang perlu dibiayai untuk sekolah. Sampai pernah gue upload foto iseng aja, ada cincin di jari manis, karena gue suka memancing netijen. Sok ngartis emang guenya, tapi ternyata reaksinya emang heboh macem mereka melewatkan episode drama favoritnya.
Pinterest

Jadi, menikah jelas bukan sebuah tren. Menikah adalah sebuah ibadah, maka bukan hal yang main-main. Kalau merasa mudah terbawa perasaan melihat orang-orang yang sudah menikah, maka logout sebentar dari media sosialnya. Kemudian membaca buku, atau membantu orang tua, atau melakukan hal yang lebih bermanfaat lainnya. Karena menikah akan tiba tepat pada waktunya. Tentunya waktu yang tepat menurut-Nya 😄
Share:

Kamis, 17 Agustus 2017

Hari ini adalah hari esok yang dipersiapkan kemarin

Pinterest
Masing-masing dari kita pernah membicarakan bagaimana hari ini. Hari ini adalah hari esok yang telah dirancang pada hari-hari yang lalu. Meski pada kenyataannya, yang terjadi hari ini tidak pernah tepat sesuai yang direncanakan pada hari kemarin.

Setelah 2 tahun gue dan teman-teman gue berpisah dan berpencar kemana-mana. Akhirnya 13 Agustus kemarin, kita semua berkumpul lagi dengan keadaan lengkap. Dengan membawa masing-masing cerita hidup yang penuh twist. Gue yang akhirnya tidak menjadi elektrowati sejati, karena berakhir selingkuh kepada software engineer (to be). Teteh yang tak disangka dan diduga akan menjadi kandidat pertama yang menyandang sebagai istri orang. Pidak yang masih dengan status kejombloannya namun sudah upgrade status smartphonenya dengan yang paling terbaru dari negeri gingseng. Ruji yang masih dan selalu menggebu-gebu dalam bercerita sedang menikmati kenaikan level kehidupannya.

Benar-benar ga ada yang pernah tau ya, bahwa 5 tahun ke depan sejak kuliah, kita akan menjadi seperti ini sekarang. Dipertemukan kembali dalam keadaan yang semoga lebih baik dari sebelumnya, di kota yang jauh lebih menantang dari kota sebelumnya. Kota yang penuh dengan orang-orang yang sedang berusaha. Jogja, menjadi tempat pertama kita membayang-bayangkan hari ini. Tempat pertama yang menjadi saksi kelakuan kita yang tertawa seakan sedih tidak memiliki makna dalam kamus kita. jakarta, menjadi tempat kita menguras pikiran dan tenaga untuk kebutuhan dan keperluan hidup. Tidak pernah sama sekali berencana gue akan menginjakkan kaki di Ibukota dan bisa berkumpul dengan mereka ini.

Meski banyaknya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, menerima dan menjalaninya barangkali adalah salah satu jalan untuk mewujudkan impian kita yang lainnya. Barangkali bukan jalan yang direncanakan yang akan memberikan akses mencapainya, tapi ada jalan lain yang tidak pernah kita ketahui. Kemudian jalan itulah yang kita perlu lewati untuk mencapai yang sudah kita rencanakan dan doakan. Selain itu, ada hal yang selalu terlewatkan ketika kita memohon untuk dikabulkan doa-doa yang dipanjatkan setiap harinya. Memohon untuk dipersiapkan hatinya untuk melangkah ketika doa -doa yang dipanjatkan terkabul, agar tidak goyah dengan pilihan yang telah kita pilih. Agar merasa yakin bahwa ini pilihan terbaik dari yang Maha Pemberi Jalan.
Share:

Rabu, 02 Agustus 2017

Jenis Pertemanan yang Perlu Dipertahankan

Pinterest

Dari sekian banyak jenis pertemanan yang ada, kalian termasuk jenis teman kaya apa sih? Hahaha, gue sendiri gak tau harus mengelompokkan diri sebagai jenis teman apa. Karna gue pernah menjadi teman yang menusuk dari belakang, teman curhat, teman tapi mesra, teman yang dateng kalo ada butuhnya aja, teman makan bareng, teman nonton konser, teman fangirlingan, yang belum kesampaian cuma teman hidup ajaaaaaahahahahahah *baper amat yailaaah*. 

Menurut gue, ada beberapa jenis pertemanan yang perlu dipertahankan. Berikut ini beberapa jenis yang sudah gue alami sendiri:

1. Teman Sehat Lahiriah dan Batiniah
Sehat ga sekedar fisik, batin juga perlu dikasih makanan yakan. Maka hadirlah jenis pertemanan sehat dari segi kebatinan. Jagalah pertemanan jenis ini, apalagi yang mendekatkan, mengingatkan dan mengajak kepada kebaikan. Bisa jadi mereka penolong kita gak cuma di dunia tapi juga disaat Hari Perhitungan nantinya #terustadzah. Seriously, yang ini wajib dijaga dan dirawat pertemananya.

2. Teman Motivasi
Jenis pertemanan ini penting untuk dipertahankan, supaya kita juga terus terpacu dan termotivasi sama teman jenis ini. Mereka bukan bermaksud riya atau sombong dengan prestasi dan cita-citanya waktu cerita ke kita. Justru dari sisi lain mereka akan ngasih kalian power berupa semangat untuk mencapai keinginan dan sederet daftar keinginan yang sudah kita susun. Bukan cuma sibuk diceritain tapi gak diusahain.

3. Teman Cerita
Kalo jenis ini sih tentu sudah sangat diperlukan dan tentu dijaga kebersamaannya. Perempuan itu butuh orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya waktu seneng atau sedih. Hadirlah teman cerita untuk menampung segala jenis cerita hidup kita. Jangan lupa kita juga sebagai teman harus mau mendengarkan cerita teman. Jangan cuma maunya didengarkan tapi juga harus mau mendengarkan 😊

4. Teman Nonton
Teman yang kaya gini emang asiknya waktu diajak ada nonton konser, atau nonton film. Pertemanan jenis ini biasanya gak butuh banyak interaksi, yang penting satu aliran kesukaan. Kalo ada waktu konser band atau penyanyi yang disukain, pasti ketemua dan nonton bareng. Habis itu ya sudah pulang. Ngobrol pun isi obrolannya sekitar hal yang akan ditonton aja.

5. Teman Mengumpat
Nah, ini terkhusus gue aja sih ada jenis macam ini. Gue punya beberapa orang teman yang asiknya buat mengumpat. Karena kalo ketemu selalu ngobrolin bahan ejekan satu sama lain. Maka pertemanan jenis ini membuat kata-kata umpatan jadi sesuai fungsinya 😂😂 Selain itu mereka jenis teman yang gak gampang sakit hati dikatain temennya. Hal yang perlu diperhatikan dari pertemanan jenis ini adalah aib yang terjadi 1 tahun lalu bisa jadi akan dibahas untuk 5 tahun ke depan.

6. Teman Apa Aja
Ini teman yang bisa gue bilang sebagai paket lengkap. Dari 5 jenis pertemanan yang ada, bisa jadi pada jenis teman apa aja ini termasuk ke semua jenis pertemanan tadi. Dimana kalo ketemu gak butuh alasan mau ngapain, ngobrolnya gak terarah sama sekali, sering berhalusinasi masa depan bersama, bikin malu, mengumpat bersama setelah itu tobat bersama. Paket lengkap.

Nah itu 6 jenis pertemanan menurut gue. Tapi intinya dari pertemanan harus ada 'saling', saling mendengarkan, saling berbagi atau saling mengumpat 🙊🙊
Share: