Kamis, 13 Desember 2018

Menjadi Dewasa

Sebuah pertanyaan manusia yang memasuki usia 25 tahun ke atas, gue maksudnya. Gak tau yang lain. 

Haruskah menjadi dewasa? 

Apa ukuran terbaik sebagai indikator orang sudah dianggap dewasa? 

Baiklah, ini dia opini suka - suka.


Secara arti dari KBBI, dewasa1/de·wa·sa/ /déwasa/ a 1 sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi). Tidak ada parameter khusus seperti apa dewasa itu, hanya bukan kanak-kanak atau remaja lagi. 

Oke. 

Menjadi dewasa yang gue rasakan adalah melelahkan bagi diri Lugina yang sangat kekanak-kanakan. Tetapi di sisi lain gue butuh menjadi dewasa untuk menghadapi kondisi tertentu. Tidaklah harus selalu menjadi dewasa setiap waktu. Apakah tertawa terbahak-bahak sudah tidak boleh saat menjadi dewasa? Oh tentu tidak bagi gue. Menjadi dewasa tidak berarti harus menjadi seperti orang lain, cukup tau kondisi untuk bersikap. Termasuk masa bodoh pada tempatnya adalah termasuk menjadi dewasa.

Tapi kenapa orang selalu berkata 'cobalah kamu bersikap dewasa'?

Kenapa kamu meminta orang lain untuk bersikap dewasa kepadamu?

Kenapa tidak kamu dulu yang tunjukkan seperti apa sikap dewasamu itu?

Oh tidak begitu, lugina.

Memang melelahkan, tapi justru di situlah letak pembelajarannya. Menjadi dewasa tentu memperluas lagi kapasitas kesabaran yang dimiliki. Tanpa diminta orang lain pun, menjadi dewasa ketika sudah saatnya pasti akan menjadi dewasa. Walaupun teerkadang, mohon maaf jiwa kanak - kanak masih dominan dan akal sehat agak berkurang. Namanya juga masih belajar menjadi dewasa. Karna hidup di dunia itu katanya belajar seumur hidup.

Jadi, haruskah menjadi dewasa? 
Bukan keharusan, tapi semua akan menjadi dewasa pada waktunya. Pada jalannya masing-masing.
Share: