Minggu, 12 April 2020

Melangkah Searah dari Aji Nur Afifah

Hi, I'm back! wohooo setelah sekian lama tidak menulis di platform ini, akhirnya kembali ke sini. Berkat #dirumahaja yang 'dipaksa' oleh Covid-19, iseng baca tulisan lama di sini dan mulai agak termotivasi. Kali ini agak berbeda karena gak sengaja habis menyelesaikan sebuah buku kuning. Beberapa teman gue yang nikah, selalu gue kadoin buku ini karena yaqin isinya bermanfaat. Inilah dia, review buku suka-suka Lugina ~

Hari itu aku merasa seperti dilahirkan kembali, di sebuah dunia yang tak pernah kukenal sebelumnya. Sejak saat itu pula, untuk pertama kalinya derap kakiku menemani langkahmu. Kita berjalan bersama dalam derai tawa dan air mata.Ada saatnya kita bergegas melangkah. Ada pula saatnya kita berhenti sambil terengah. Menengok perjalanan yang sudah kita tempuh dan mengatur napas di dalam dada. Semuanya kusyukuri. Bersamamu tak ada yang sia-sia.


For the first time, baca buku karangan Mbak Apik ini. Karena biasanya baca buku dari Suaminya, yang dikenal dengan panggilan Mas Gun. Oke, diingat bahwa ini review buku yang isinya adalah opini suka-suka Lugina. 

Buku dengan 210 halaman yang penuh dengan ilmu baru bagi gue khususnya, si pengantin baru seumur jagung yang baru memasuki gerbang kehidupan yang sesungguhnya. Buku ini dituliskan Mbak Apik dengan gaya semacam lagi ceritain secara langsung gitu, kaya lagi curhat aja gitu. Disisipkan dengan berbagai pikiran-pikirannya yang mungkin hanya tertuang di dalam tulisannya. Diceritakan sejak awal Mbak Apik yang benar-benar merasa memasuki dunia yang sangat baru saat harus berpisah jauh dari Orang tua dan rumahnya. Tempat senyaman-nyamannya selama ini dia bertumbuh. Juga sosok suami yang benar-benar dikenal dengan secukupnya saja secara wajar dan kali ini harus mengikuti, dipatuhi dan melangkah searah. 

Gue merasa beberapa bagian sangat merasa relate adalah bagaimana kita harus mendadak bisa memasak untuk suami, kemudian harus mendapat persetujuan suami saat akan mengambil keputusan yang punya dampak bagi kita berdua, yang homesick, yang rindu kesana kemari sendirian, yang kalo berantem bisa berdiam diri tapi kali ini tidak bisa, hahahha. Mbak Apik, mau gue peluk rasanya saat bersama-sama merasakan hal yang sama. Bahkan Mbak Apik menyisipkan beberapa tips untuk mengelola keuangan dan juga resep makanan yang mudah dimasak bagi pemula. 

Buku ini rasanya cocok masuk kategori starter pack yang paling ringan untuk dibaca pengantin baru. Enaknya juga ini buku tuh bisa dibaca sama suami, makin cakheep deh komunikasinya karna dapet ilmu yang sama dari buku yang dibaca bersama. Bahkan dengan membaca buku ini, waktu lagi kesel gak jelas sama suami, Mbak Apik secara 'gak sengaja' membantu gue untuk meredam rasa keselnya dengan mengingat minimal 10 kebaikan yang suami lakukan buat kita.

Bagian favorit dari buku ini adalah Bab Konflik. Pasti semua pasangan punya cara sendiri sih dalam menyelesaikan konflik rumah tangganya. Tapi ada bagian dasar yang mungkin harusnya kita miliki saat menghadapi konflik dengan pasangan. Sabar tentu, dan juga ego yang harus diredam. Laki-laki dengan sebuah pride yang hati-hati jika agak tersenggol. Perempuan dengan penuh perasaan yang apa-apa berdasarkan perasaan. Sungguh memicu adrenalin.

So, buku ini penuh dengan ilmu namun tetap terasa ringan bagi pasangan-pasangan muda yang bersiap untuk memulai perjalanan ibadah terpanjangnya. Selamat membaca, selamat melangkah searah.






Share: