Sabtu, 14 September 2013

A Change From A Chance!

weheartit
wiwiwidiiih gaya banget gak sih postingan gue akhir-akhir ini ? *gibas rambut* Entah ya, pelajaran di perjalanan hidup itu semakin buanyak aja. Dari mulai tergerak hati gue untuk jadi volunteer di komunitas jendela Jogja, sampai pertanyaan mendalam “kapan seminar KP?”. It’s makjelb till my gall. Tapi, apasih ya a change from a chance itu gue sok2an aja make bahasa enggress biar rada meningkat citra gue di mata readers. Well, manusia yang bisa hidup itu pernah mendapatkan sebuah kesempatan, kesempatan pertama yang Tuhan kasih itu kesempatan untuk lahir di dunia. Bahkan untuk jabang bayi yang belum sempet nongol di dunia setidaknya pernah dikasih kesempatan untuk hadir pada rahim ibunya. Dan tentunya masih banyak algi kesempatan yang pernah diterima manusia di bumi ini. So what?

Jadi, seperti yang gue coba translitkan dari judul postingan ini. Gue memperoleh sebuah perubahan dari adanya kesempatan. Berawal sejak gue kerja praktek di PT.Garuda Maintenance Fasility Aeroasia di Bandara International Soekarno Hatta. Ada kesempatan untuk berkumpul dengan 2 orang teman gue yang membawa perubahan untuk gue. Dari mulai bisa khatam Al-Quran di bulan Ramadhan, solat dhuha, solat tahajud and my first I’tikaf. Untuk
pertama kalinya dalam sejarah hidup gue melakukannya begitu lengkap dari wajib sampai sunnah. Itulah salah satu kesempatan yang Allah kasih.

Kemudian perubahan lain yang ada saat gue tinggal di rumah Vida salah satu temen gue ini punya 2 keponakan, yang 1 kelas 5 SD dan 1 lagi masih sekitar 4tahun. Entah kenapa, rasanya anak kecil itu memang harus diberi kasih sayang walaupun gue gak kenal anak kecil itu. Sampai-sampai gue dikasih kesempatan di kereta buat ngasuh batita-batita yang ada di deket gue. Memang berasa pegawai posyandu. Tapi jadi ada niatan buat main dan ketemu terus dengan anak kecil. Berhubung gue sudah semester 5 dan gosipnya sih agak nganggur gitu. Maka gue memberanikan diri untuk menjadi volunteer di Komunitas Jendela Jogja.

Ada kesempatan yang menurut gue ini adalah the best chance. kesempatan bisa kumpul dengan keluarga di Borneo dan lengkap. Ada rasa takut tentunya, takut tahun depan tidak selengkap lebaran tahun ini. So, It’s my big chance. Perubahannya? Dulu gue termasuk manusia pembangkan terhadap ibu. Setelah semakin jauh jarak rumah dengan tempat kuliah. Semakin terasa apa yang mereka, orang tua, usahakan buat gue bisa berada sejauh ini dari mereka. Akan selalu ada rasa rindu yang menyembul di atas permukaan mata sipit gue yang berbentuk tangisan rindu untuk mereka. Semarah-marahnya ibu dan ayah, gue sekarang selalu berusaha untuk menurut akan apa yang beliau bilang dan perintahkan.

Jadi, kesimpulannya adalah :
semua yang Tuhan berikan untuk kita sampai saat ini adalah sebuah rangkaian kesempatan. Hanya kita sendiri yang bisa menggunakan kesempatan tersebut menjadi sebuah perubahan besar untuk hidup kita.
Share:

Kamis, 12 September 2013

Psst.

Pinterest
Kali ini gue akan bercerita tentang sesuatu sikap yang banyak dipilih orang untuk menghadapi masalah atau juga untuk menghadapi orang yang ga disukai. Gue bilang lebih tepatnya adalah bukan menghadapi masalah tapi meredam masalah. Tapi jangan salah, kadang sikap ini bisa menghanyutkan juga. Udah banyak sih setau gue orang macem kaya gini, dan gue juga mengakui bahwa gue terkdang bersikap kaya gitu.

DIAM.

Satu sikap itu ada berbagai macam artinya. Diam di depan, tapi di belakang ngoceh yang jelek-jelek itu yang super bahaya. Ada juga yang diam dan menerima dengan selapang-lapangnya jidat gue untuk memaafkan kesalahan atau masalah yang ada. Tapi terkadang menurut gue itu bisa kembali terkuak loh kalo cuma di diemin aja. Kaya kentut yang ga ada bunyinya, diem tapi tiba-tiba ada baunya setelah itu pengen keluar sama isinya. Nah itu. Kalo gue milih diam kalo memang untuk meredam sebentar suasananya, nah baru kemudian gue mengumpulkan keberanian buat ngeluarin semua unek-unek gue ke orang itu tentang masalah kemarin. Seperti yang pernah gue dengar tentang teori menyelesaikan masalah itu ada 4 sikap. Ada EPC yang meredam dulu emosinya dengan dengerin musik atau refreshing. ADA PFC yang mau nyelesein masalah dulu sampai tuntas tas tas. Nah jadi kata trainner gue itu, baiknya adalah dengan melakukan EPC sekaligus FPC. Jadi diredam dulu emosinya lalu secepatnya diselesaikan masalahnya.

Jadi bisa dibilang diam dulu, baru action! Jadi gunakanlah diam seperlunya dan pada waktunya.
Share: