Hai! It has been long time rasanya tidak menulis di sini. Begitu banyak hal terjadi, tapi tidak sempat diceritakan di sini juga. Tapi kali ini, rasanya ingin menuliskan ceritanya. Karena terlalu ajaib untuk tidak diceritakan kembali. So, here we go!
Juni 2021
Sudah menunjukkan gejala PCOS ( Polycystic Ovary Syndrome) pada telur-telur pada rahim gue. Dengan gejala sering terlambat menstruasi dan resisten insulin.
Agustus 2022
Awal tegaknya diagnosa dokter penyakit dalam, dengan nilai hbA1c yang terlampau tinggi lebih dari 6%. Gue terkena diabetes melitus type 2. Ada keturunan dari keluarga, dan pola hidup yang sudah pasti tidak dijaga, maka inilah dampaknya. Mulailah masa pengobatan dengan obat oral, sehari 3x ditambah asam urat yang agak lebih sedikit dari yang seharusnya. 4 bulan berikutnya, diperiksa kembali rapot gue dengan hbA1c yang sudah turun sekitar 4%. Semakin semangatlah gue buat bisa mengontrol gula darah.
Februari 2023
Gue terlambat menstruasi seperti biasanya, tapi ada yang tidak biasa dengan badan ini. Sama sekali gak curiga, karena sudah biasa seperti ini setiap kali menstruasi. Akhirnya mencoba testpack, dan dari keempat testpack yang gue coba, hasilnya positif semua. Gue hamil! Bisa hamil! MasyaAllah ðŸ˜. Gue dan suami masih gak nyangka dikasih kepercayaan ini. Karena sudah mulai agak pasrah apapun yang terjadi setelah tau terkena diabetes. Kemudian cek ke dokter kandungan, bayi kacangku ada di sana dengan usia 5 minggu 5 hari. Pengalaman pertama kehamilan yang paling was-was, karena harus super hati-hati dengan apa yang dimakan. Demi menjaga janin dan juga mengontrol gula darah, sungguh ujian kehamilan sekali. Kemudian konsul juga ke dokter penyakit dalam, disarankan untuk mengganti obat oral ke insulin. Semakin was-was, tetapi bercampur excited! Dijalanilah hari-hari kehamilan muda gue dengan menyuntikkan insulin sebelum makan.
Maret 2023
Seharusnya di pertemuan kedua ini, ada tanda kehidupan di dalam sana. Tidak sesunyi itu. Seharusnya ada aliran darah yang mengalir ke bayi kacang itu. Kami kehilangan dia. Mencoba cari opini lain dari dokter yang berbeda, hasilnya tetap sama. Rasa yang bercampur aduk setelah dokter kedua bilang, artinya Ibu sudah bisa hamil secara alami. Hanya saja tubuh Ibu memang belum siap untuk itu, akan lebih sedih jika bayi sudah dalam kehamilan tua atau sudah lahir baru diketahui ada kelainan. Jadi, tetap dicoba kembali nanti semoga dengan keadaan yang lebih sehat dan lebih baik lagi. Sepulang dari rumah sakit, gue menangis sejadi-jadinya dalam pelukan suami. Merasa salah tidak bisa menjaga dengan baik. Merasa kecewa dengan diri sendiri. Merasa sedih karena kehadirannya sudah mengisi ruang di keluarga kecil kami. Tapi harus mencoba merelakan yang baru saja dititipkan Allah. Lalu, 3 hari berikutnya dilakukan tindakan curettage.
Oh ternyata, terjadi juga di dalam hidup gue. Kehilangan sebuah titipan yang sangat berharga. Bahkan bayi kacang itu belum diberikan nyawa, tapi kenangannya sangat terasa. Seakan Allah memberitahukan bahwa semua memang akan selalu dibawah kuasaNya, sekaligus menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika berusaha dan berdoa kepadaNya. Orang di sekitar menanyakan kondisi gue, apakah sudah membaik. Gue sadari, bagian luka yang akan membutuhkan waktu lama adalah hati ini untuk merelakannya. Karena yang paling terasa berat adalah harus mengantarkan kepulangan peti kecil yang paling ringan.
Terima kasih anak baik, sudah pernah menjadi anak Ibu meski hanya dalam beberapa minggu. I love you, nak.