Iya, jadi ada hujan abu sekitar jam 6 pagi gitu, dan memang saat gue berangkat kesana jam 08.00 pagi masih hujan abu. Jalanan menuju Turgo mulai memutih, tapi emang tidak setebal 2010 dan Kelud kemarin. Yang jelas, gue masih bisa ngebut karena jarak pandang masih aman. Sesampainya disana, memang sesuai yang gue pikirkan. Gak ada satupun adik-adik Turgo yang datang ke tempat biasa kita belajar. Sebenarnya materi hari ini sangat menarik sekali, tapi apa mau dikata daripada bahaya jadi mungkin mereka ga keluar rumah. kemudian Mas Boy, langsung menginstruksikan untuk jendelistnya berkunjung ke rumah Ketua RT. Ada 4 RT di Turgo. Gue kebagian RT 1 lagi bareng Leila, Agustin, Adi sama Mbak Resti.
Yang penting ada orang yang bisa bahasa Jawa mah aman nih. Setelah kita ngobrol-ngobrol dan ngunjungin rumahnya Linda. Ternyata di Turgo ini hujannya bukan cuma abu, bahkan dengan pasir. How scary! Suara di atas atap pasti nyeremin, sampek ada adik kecil namanya Eris bilang.
Arum : "Mbak Eris ki nangis loh tadi"
Gue : "Lah ngopo kok nangis?"
Eris : "Wedi aku mbak"
Dia sampek nangis saking takutnya denger suara atap rumahnya dan juga katanya ada suara gemuruh. Adik-adik yang lain bagaimana? Mereka ternyata sedang mengikuti lomba di UII. Syukurlah kalo trnyata mereka gak kenapa-napa. Salah satu tantangan kami sebagai jendelist yang memilih lokasi di dekat Gunung Merapi ini adalah kita gak pernah tau kapan Merapi akan bereaksi. Ada banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sama Si Merapi yang pernah berhembus cukup panjang di tahun 2010 ini. Semoga kami, adik-adik kami dan keluarganya selalu dan tetap diberi perlindungan oleh Allah. Amin
0 komentar:
Posting Komentar